SOLO – Dosen Academy of Malay Studies University of Malaysia Amri Marzali mengungkapkan pembangunan Indonesia tertinggal 20 tahun dibanding Malaysia. Hal itu berdampak pada pencapaian kesejahteraan di kedua negara berbeda.
“Tahun ’50 mereka (Malaysia) sudah melakukan repelita. Kita (Indonesia) repelita baru tahun 69. Dua puluh tahun kita tertinggal. Dan yang menyusun repelita itu Inggris. Yang melaksanakan Inggris dan modal-modal dari China dan India. Jadi oke punya. Kalo kita, repelita modal nunggu bantuan darimana, tenaga ahli darimana,” kata Amri Marzali saat dijumpai wartawan di sela-sela Seminar Internasional “Empowering Indigenous Knowledge for Accelerating the Welfare State” di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Rabu (15/5/2013).
Amri menjelaskan, di Malaysia ada tiga bangsa yang memiliki pengaruh dominan secara sosial budaya, meliputi: Jawa, Minangkabau, dan Bugis. “Jadi kalau sudah merantau di sana (Malaysia) dan berbaur dengan berbagai bangsa terutama budaya Arab dan India mereka punya identitas sendiri menjadi yang khas orang melayu semenanjung. Jadi mereka juga mencoba membangun identitas dirinya, ‘kami orang melayu semenanjung’,“ jelasnya.
Berbeda dengan Indonesia, lanjut Amri, Indonesia memiliki sifat kepribumian yang sangat kuat. Sedangkan di Malaysia, jumlah pribumi sebanding dengan jumlah China dan India. “Jadi selalu ada pertimbangan-pertimbangan politik terhadap kedua (China dan India) ini,” papar Amri.
Dari sudut kultural, pengaruh India Islam dan pengaruh Arab di Malaysia sangat kuat. “Kalau ada bahasa baru dalam bahasa asing, lalu apa dalam Melayunya, mereka nyarinya ke Arab. Kalau sini kan ke Sanskrit.”
Perbedaan lain yang mempengaruhi adalah Malaysia dijajah Inggris dan Indonesia dijajah Belanda sehingga sistem pemerintahan keduanya berbeda. “Yang paling penting adalah pada saat kemerdekaan, kita (Indonesia) merdeka, kita memerdekakan diri, kita mengumumkan, kita merdeka terus kita perang. Kemudian kita membangun diri sendiri, mencari, menyusun, menetapkan sistem politik dan ekonomi yang sesuai untuk kita sendiri sampai sekarang,” sedangkan Malaysia, lanjut Amri, “Ketika merdeka, karena jumlah India dan China seimbang serta kuatnya pengaruh Inggris, maka terpaksa kompromi. Jadi dalam bahasa agak kasar kita bilang, kemerdekaannya disusun oleh Inggris, Kemerdekaannya diberi oleh Inggris, Pemerintahannya dibantu oleh Inggris sampai akhir tahun 60-an. Itu yang menyebabkan berbeda dengan mereka. Tidak ada stagnan ekonomi, dan sebagainya,” pungkasnya.[]